Wednesday, January 28, 2009

Geng Motor di Bandung

Disumpah, Geng Motor Berani Merampok Dan Membunuh

Awalnya geng motor hanya kumpulan anak-anak remaja yang hobi ngebut dengan motor, baik siang maupun malam hari di Kota Bandung.
Mereka melakukan balapan motor alias trek-trekan di jalanan umum. Tapi kini, geng motor kini sudah meresahkan masyarakat, karena sepak terjangnya makin beringas.

Kelompok ini sekarang sudah menyebar ke berbagai wilayah, meski organisasi induknya tetap berada di Kota Bandung, Jawa Barat.

Untuk mengetahui, kenapa mereka berubah brutal dan jahat, kita mesti lebih dulu mengetahui latarbelakang organisasinya dan doktrin yang diterapkan saat mereka direkrut yang disebut sumpah.

Setiap anggota geng motor dalam sumpahnya, harus berani melawan polisi berpangkat komisaris ke bawah. Anggota harus berani melawan orangtuanya sendiri. Sumpah terakhir, anggota harus bernyali baja dalam melakukan kejahatan .

Demikian tiga sumpah anggota geng motor di Bandung dalam 'buku putihnya' yang ditemukan polisi pada tahun 1999. Dokumen setebal 20 halaman yang diamankan Kapolwiltabes Bandung saat itu, Kolonel (Kombes-Red) Yusuf Mangga Barani, nampaknya menjadi 'sumpah' atau patokan geng motor selama ini.


4 GENG TERKENAL


Berdasarkan penyelidikan, ada empat geng terkenal di Kota Bandung, yakni Exalt To Coitus (XTC), Grab On Road (GRB), Berigadir Seven (Briges) dan Mounraker yang pada hakikatnya memiliki 'ideologi' sama, mencetak anggota dari kalangan siswa SMP dan SMA menjadi remaja yang berperilaku jahat dan tak lepas dari tiga sumpah di atas. Anggota bukan saja laki-laki, tetapi banyak juga remaja putri yang senang ngumpul-ngumpul, berbaur dengan putra.

Merujuk dari tiga poin doktrin geng motor tersebut, dapat dimaklumi kalau mereka selalu berbuat jahat karena termotivasi doktrin yang ada di kumpulanya itu. Hanya saja, aksi kejahatan mereka kini semakin membabi buta. Bukan saja sebatas tawuran atau merampas sepeda motor, tapi mereka sudah berani merampok dan membunuh. Masalah kejahatan inilah yang kini jadi 'momok' warga Bandung untuk keluar pada malam hari. Dan sering membuat kewalahan polisi untuk memberantasnya.



POTONG JARI


Geng XTC berdiri pada tahun 1982 di Kota Bandung. Dengan menancapkan bendera putih biru muda bergambarkan lebah itu awalnya didirikan sekelompok anak SMA swasta elite di kota ini. Rekruitmen anggota terus digenjot kelompok ini. Sehingga pada usia belasan tahun geng ini mampu menarik anak sekolah dan dengan cepat berkembang di daerah-daerah di Jawa Barat.

Exalt To Coitus tercatat beranggotakan di atas 5.000 orang. Anggota ini tersebar mulai Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Ciamis, Garut, Tasikmlaya, Sumedang, Cianjur, Subang, hingga Cirebon dan Kuningan. Sejalan dengan tipe lebah, anggota geng tersebut selalu kompak bila ada anggotanya yang disakiti anggota geng lain. Bagaikan lebah, ketika disakiti, mereka terus memburu musuh-musuhnya yang menggangu kenyamanan hidup mereka.

"Kami mengakui kalau XTC merupakan geng terbesar di Bandung dibanding tiga geng lainnya. Kekuatan semakin besar egonya pun tak ketulungan. Walau geng lain tak menggangu, XTC selalu membuat masalah," kata sejumlah pentolan geng motor yang menolak ditulis namanya.

XTC geng motor yang terkuat saat ini. Jumlah anggota semakin bertambah, sehingga 'daerah jajahan' nya pun semakin luas. Semula XTC hanya menguasai sejumlah ruas jalan di Kota Bandung mulai Jalan Peta, Buahbatu, Gatot Subroto dan Jalan Diponogoro. Namun, belakangan, daerah kekuasaan geng ini semakin bertambah dan mampu mencaplok daerah Jalan Dago, Pasteur hingga Kiaracondong.

Dengan adanya ekspansi daerah kekuasaan ternyata banyak menyinggung kewibawaan geng motor lainnya di Kota Bandung. Buntunya, percikan pertengkaran dan saling serang menyerang terus terjadi meski harus menumbalkan nyawa anggotanya.

"Diakui atau tidak, geng XTC dimusuhi tiga geng lainnya. Ini bukan impian tapi kenyataan," kata para remaja di Bandung.

Dalam membuat anggota baru, XTC memiliki cara tersendiri. Para anggota yang datang dari lingkungan sekolah SMP dan SMA selalu digodok di daerah Lembang selama empat hari untuk mengikuti training loyalitas.

Polisi jajaran Polwiltabes Bandung mencatat, training loyalitas yang diterapkan bukan berupa pelajaran sekolah, melainkan berupa penggojlokan fisik mulai ditendang diinjak dan dipukul. "Penyiksaan ala IPDN terhadap praja lebih ringan dibanding penyiksdaan di XTC. Dan cuplikan gambar tersebut ada di "CD" yang berhasil diamankan Polwiltabes," kata sejumlah anggota polisi.

Yang lebih parah lagi, semua anggota baru yang lulus dalam uji loyalitas, harus mengikuti tes terakhir ketika mereka pulang ke rumah. Tes itu berupa mengendarai sepeda motor Lembang-Bandung tanpa harus menggunakan rem. "Latihan ini yang kini terus dikembang dalam aksi kejahatan perampasan perampokan dan penyerangan di tengah jalan," kata dia. Anggota XTC memiliki keunikan tersendiri dalam organisasinya.

Setiap orang mengundurkan diri dari keanggotaanya yang bersangkutan diharuskan potong jari kelingking. Upacara ini menandakan kesetiaan seseorang terhadap geng. Luar biasa !


MINUM DARAH ANJING


Berbeda dengan geng motor Brigadir Seven (Briges) dalam merekrut anggota barunya. Tiga doktrin utama seperti musuhi polisi, lawan orang tua, dan berlaku jahat di tengah malam terus dikembangkan pada tubuh geng yang semula beranggotakan siswa SMA 7 Bandung. Terhadap anggota baru, Komandan Briges terus melakukan uji nyali mulai keterampilan dalam beraksi hingga mereka diharuskan minum darah anjing dan ayam.
Konon, dua darah ini bisa menubuhhkan rasa berani pada diri seseorang.

Dengan keberaniannya dalam beraksi, Briges mengalami perkembangan cukup lumayan. Di bawah bendera negera Jerman bergambarkan kelelawar hitam, Briges terus mengembangkan sayap dalam dunia geng hingga mengalami kekuatan kedua setelah XTC.

Dalam dunia 'pergengan' di Bandung, Briges yang berdiri pada tahun 1980-an menempati posisi kedua dan sekaligus musuh bubuyutan XTC.

Beberapa tahun belakangan, Briges berubah arti. Semula Brigadir Seven, tiba-tiba pada tahun 1999 berubah menjadi Brigadir Gestapu. Ketika nama Gestapu melekat pada kelompok mereka aksi brutalnya pun semakin menjadi-jadi. Setiap hari terus tawuran dan menyerang sekolah-kolah di Bandung. Tak kurang dari seminggu tiga kali, Beriges selalu bentrok dengan XTC.

Dalam pencaturan wilayah kekuasaan, Briges hanya mengendalikan beberapa jumlah ruas jalan yang ada di Bandung. Jalan Lengkong Kecil dan Besar, tempat sekolah mereka berdiri, merupakan daerah kekuasaan utamanya yang tak bisa diganggu siapapun. Ketika nyalinya semakin tinggi, Jalan Asia Afrika berhasil diambil alih termasuk Jalan Sudirman kota Bandung.

Moonraker, geng motor yang beridiri pada tahun 1978. Para pendiri geng ini merupakan siswa SMA yang ada di Jalan Dago yang mencintai dunia balapan motor pada waktu itu.
Nama geng itu sendiri diambil dari judul film James Bond yang sedang naik daun pada waktu itu. Dalam pencaturan jumlah anggota geng ini di bawah Briges. Kecilnya anggota bukan jadi ukuran dalam dunia kejahatan.

Anggota Moonraker sama saja dengan yang lain, beringas, ganas dan selalu siap perang pada malam hari. Di bawah naungan bendera merah putih biru bergambarkan kelelawar, Mounraker mampu berkuasa di kota ini. Sepanjang Jalan Dago, Dipati Ukur dan Dago pojok merupakan wilayah kekuasaanya. Belakangan geng ini sering bentrok dengan XTC menyusul sebagian wilayahnya telah diekspansi geng itu.

Grab On Road (GRB) merupakan geng motor paling bontot di Kota Kembang. Anggota mayoritas anak SMP 2 yang memiliki hobi balapan setiap malam. Di bawah bendera merah kining hitam, geng tetap berjalan meski anggotanya hanya sedikit dibanding tiga geng lainnya.

Daerah kekuasaan mereka sepanjang Jalan Sunda, Sumatera dan sekitarnya.

"Geng ini lamban dalam melakukan perkerutan anggota. Hal itu terjadi karena pentolan pengurus masih anak SMP sehingga pola pegembangan organisasdinya cukup lamban. Kejahatan, jangan ditanya. Beringasnya sama saja," kata polisi.


INCAR EMPAT GENG


Empat geng motor yang terus membuat kisruh di Bandung nyatanya turut mengundang 'amarah' polisi. Tak tanggung-tanggung, Kapolrtesta Bandung Tengah AKBP Mashudi menegaskan empat geng motor itu yang menjadi inacaran kepolisian. " Keempat geng ini incaran kami karena selalu bikin ulah," tandasnya.

Polisi mengincar geng motor sangat dimalumi. Pasalnya, dalam dua bulan terakhir tercatat tiga warga tewas sia-sia akibat dibantai anggota geng motor. Sebut saja Asep siswa SMA tewas dibantai kemudian mayatnya dibuang ke sungai di Celenyi Kabupaten Bandung. Kemudian sensi anak SMA tewas dibantai geng motor dan mayatnya dibuang diselokan daerah margahayu raya. Korban ketiga PNS Kanwil Bea Cukai Merak Banten.

Aksi kejahatan yang dilakukan geng motor, lanjut Mashudi, sangat monoton. Mereka berkelompok menyergap merampas dan menguras hartanya. Bila melawan korban dihabisi. "Geng ini tak mau bergerak sendirian," tegasnya. Dari fakta yang ada, lanjut dia, korban warga biasa (diluar anak sekolah) dibunuh ketiuka mereka melawan. Alasan melakukan pembunuhan sangat enteng yaitu salah sasaran.

Jika korban menimpa anak SMA itu murni dibantai karena adanya permusuhan antara geng. Korban terpaksa dibantai karena diduga menyakiti anggota geng lain, atau mengkhianati geng yang korban masuki. "Pengungkapan sangat alot karena pelajar yang berhasil ditangkap selalu tutup mulut untuk ketika ditanya masalah gengnya itu,".

Berdasar bukti yang ada, anggota geng motor merupakan anak dari para pejabat yang ada di kota bandung. Melihat status sosial orang tuanya, ada kesan polisi nampak menutup sebelah mata terhadap aksi kejahatan geng motor tadi. Namun, Kapolda Jabar Irjen Pol Sunarko, memberikan sinyal, supaya geng motor yang berulah diproses secara hukum. "Tak peduli anak siapa dan darimana, kalau bersalah proses sesuai hukum," tegas kapolda kemarin.


BISA MEMBAHAYAKAN

KRIMINOLOG Soedjono, berkomentar blak-blakan masalah geng motor ini.
Dia mengaku blak-blakan atas keburutalan mereka. "Jangan dibiarkan, bisa-bisa nantinya membahayakan!"

Geng motor kata dia, merupakan wadah yang mampu memberikan gejala watak keberingasan anak muda.
Perkembangannya, tak lepas dari trend mode yang sedang berlangsung saat itu. "Aksi brutal itu perlu diredam. Mulanya berbuat jahat dari yang ringan seperti bolos sekolah, lama-lama mencuri, merampok dan membunuh. Lumrahnya jika sudah berani jahat ada indikasi mereka mengkonsumsi narkoba," kata dia.

Menyikapi masalah ancaman terhadap polisi, demikian Soedjono, perlu dijadikan alat kaji diri untuk kepolisian. Ancaman mereka nampaknya serius karena anggota geng mengakui polisi merupakan penghalang utama dalam melakukan kejahatan. "Mereka berlaku jahat ujung-ujungnya berurusan dengan polisi. Makanya mereka benci polisi," tuturnya.

Begitu pun membenci melawan orang tua. Mereka sadar karena masih sekolah sumber keuangan ada di orang tua. Oleh karenanya, jika orang tua tak memberi uang cukup, mereka terpaksa membenci dan mengancam orangtuanya tadi. Sedang aksi kejahatan berupa perampasan dan perampokan, merupakan jalan lain untuk mendapatkan penghasilan. "Pola pikir seperti harus segera dihentikan,".

Solusi konkret yang perlu ditempuh adalah, kepolisian haruis konsisten memberantas mereka. Kemudian Dinas pendidikan dan sekolah harus turut bergandeng tangan dengan polri dalam meminimalisir aksi kejahatan itu. "Jangan ada kesan Diknas cuci tangan karena ada polisi. Cuci tangan ini yang membahayakan," katanya.


TEMBAK DITEMPAT


Kebrutalan geng motor bukan saja dirasakan pihak kepolisian. Warga pun kini mulai merasa gerah akan ulah mereka. Aksi mereka yang dilakukan tengah malam, membuat rasa takut warga Bandung untuk jalan-jalan di malam hari.
" kami merasa tak nyaman malam hari di bandung. Khawatir geng motor nyerang dan merampas motor. Oleh karenanya kami setuju kalau mereka yang berbuat jahat tembak ditempat saja," kata warga, Yunus,45.

Hal sama diungkapkan tokoh masyarakat wilayah Bandung Timur. H. Muhamad Husein dengan tegas meminta supaya polisi bertindak tegas kepada geng motor ketika melakukan aksi kejahatan. "Kami pikir tak perlu pusing kalau sudah cukup bukti dan tertangkap basah berlaku jahat tembak mati saja," katanya.

Tembak mati atau tembak melumpuhkan, merupakan stimulus jitu untuk memberikan efek jera pada mereka. Namun, action polisi mengarah ke penembakan itu belum, ada, sehingga ada kesan polri sangat menutup mata akan kejahatan geng motor tadi. "Geng motor yang diproses di perngadilan tak akan memberikan efek jera. Ketika pelaku divonis bebas, rekan-rekannya menyambut dan mengelu-elukan. Jika anggota geng motor ditangkap dan diadili maka anggota itu menjadi pahlawan," tegasnya.

Oleh karenanya, untuk memberikan rasa aman pada warga dan tamu luar kota yang datang ke Bandung, tindakan tegas kepada anggota geng motor harus segera dilakukan. "Kami sangat prihatin bila ada tamu ke Bandung kemudian tewas dibantai geng motor. Mereka telah merusak citra kota Bandung," katanya, seraya menambahkan, warga luar kota yang ada di bandung waspadalah bila jalan-jalan pada tengah malam.